Saturday, January 21, 2017

Di balik Mitos Menonton Pagelaran Wayang Kulit, Benarkah ?

Pernahkah Anda mendengar mitos tentang wayang?

Dimana jika menyaksikan wayang harus hingga tuntas.

Karena mitosnya jika tidak menyaksikan hingga selesai, penonton akan diikuti oleh satu diantara wayang.
Mitos menonton wayang kulit

"Dahulu memang ada mitosnya seperti itu, jadi mitos itu berkembang dari mulut ke mulut di masyarakat," ujar Kepala Seksi Kesenian Disbudparkeraf Kota Bogor, Uci Sanusi.

Namun rupanya mitos itu merupakan sebuah simbol untuk mengajak masyarakat untuk menyaksikan cerita pewayangan hingga selesai.

Dengan adanya mitos tersebut diharapkan warga masyarakat yang menonton wayang bisa menyaksikan pertunjunkan wayang hingga akhir.

"Iya jadi orang tua dulu, sesepuh terdahulu ingin masyarakat menyaksikan pertujukan wayang hingga akhir," ujar Sanusi.

Karena dalam pewayangan merupakan satu seni pertunjukan yang sangat komplek.



Dalam suatu pertunjukan wayang mencakup beberapa kesenian, diantaranya seni rupa seni teater seni karawitannya seni tari.

"Dari falsafahnya wayang itu bukan hanya tontonan tapi juga tuntunan," ujarnya,

"Maka dari itu mitos itu dibuat untuk maysrakat bisa menyaksikan hingga akhir, mungkin awalnya hanya candaan namun terbawa hingga saat ini," tutur Sanusi.

Sanusi menambahkan, dalam wayang itu terdapat beberapa makna seperti Sindir, silip, siloka, sasmita dan simbol.

"Jadi sebenarnya mitos itu awalnya bertujuan agar masyarakat bisa tetap mengapresiasi seni wayang dengan menyaksikan hingga akhir, dari A sampai Z," tambahnya.

"Kalau kita nonton hanya A sampai B saja kita kan tidak tau makna dan arti serta cerita wayang itu seperti apa," jelas Sanusi.

sumber : http://bogor.tribunnews.com/2016/08/21/mitos-nonton-wayang-harus-hingga-selesai-benarkah-ini-penjelasannya-bikin-merinding?page=2

Friday, January 20, 2017

Luwesnya Sejumlah Dalang Wayang Kulit Asal Luar Negeri

Profesi dalang di Indonesia tidak begitu umum diminati oleh banyak orang. Pertama karena menjadi dalang sangatlah sulit, seseorang harus menguasai banyak cerita, bisa berbicara dengan beragam nada, kuat duduk semalaman, hingga hal-hal lain yang sangat rumit. Selanjutnya, pertunjukan wayang di era modern ini mulai sepi oleh peminat sehingga menjalani sekolah dalang pun seperti tidak berguna.

Dalang Dari Luar Negeri

Meski sangat sepi peminat di Indonesia, beberapa bule atau orang asing justru giat mempelajarinya.

Thursday, January 19, 2017

Potret Budaya Negri, Wayang Cirebon, Dikagumi Inggris Ditinggalkan Warga Lokal

Budaya Cirebon rupanya menarik perhatian warga Inggris. Peneliti University London Matthew I Cohen mengatakan belakangan kebudayaan Cirebon ramai diperbincangkan dan jadi primadona di Inggris, khususnya tari topeng dan wayang Cirebon.

Menurut dia, antusiasme masyarakat di Inggris terhadap seni dan budaya Cirebon pun cukup lumayan baik. Bahkan, masyarakat Inggris kerap merindukan pertunjukan budaya yang dianggap menarik tersebut.

"Tidak ada delegasi di antara kedua negara tersebut. Walhasil, perkembangan tentang budaya Indonesia, khusus di Inggris seolah menemui jalan kebuntuan," ungkap Matthew usai bedah buku Seni Tatah dan Sungging Wayang Kulit Cirebon di Pusat Studi Budaya dan Manuskrip (PSBM) Institute Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Selasa, 31 Mei 2016.

Ia menuturkan Inggris sudah menaruh perhatian kepada budaya-budaya yang ada di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan mega proyek budaya British Library. Dalam proyek tersebut, kata dia, British Library mengumpulkan dan mempelajari tentang naskah-naskah kuno dari Cirebon.

Namun, banyak masyarakat Indonesia, khususnya warga Cirebon, tidak memanfaatkan informasi tersebut. Padahal, mereka sudah mencoba mengekspos di website perpustakaan. "Di situ kita ekspos tentang hukum, budaya, dan sejarah yang ada di Cirebon tempo dulu," kata Matthew yang sempat meneliti budaya Cirebon.

Sementara itu, Filolog Cirebon Raffan S. Hasyim memaparkan wayang merupakan seni dan budaya yang sangat kental dengan wajah Nusantara. Namun, pesatnya perkembangan teknologi, kata dia, seolah merampas hak wayang untuk tetap eksis di Nusantara.

Kondisi itu membuat pertunjukan wayang pun semakin sepi peminat. Para seniman wayang kini hanya mengandalkan hajatan warga yang bersifat insidental. Padahal dulu, Keraton Cirebon berusaha melestarikan wayang lewat tiga tradisi, yakni Mapag Sri (menyambut panen), Barikan (sambut berkah), dan Sedekah Bumi.

"Kalau dalang saat ini masih semangat untuk tetap membudayakan wayang, akan tetapi kondisi itu, yang semakin sepi pertunjukan. Bahkan, banyak keturunan dalang yang alih profesi jadinya," ujar Raffan.

Melihat hal itu, ia berharap pemerintah daerah memberikan perhatian lewat aturan khusus untuk melestarikan wayang sebagai budaya, yaitu dengan diterbitkannya peraturan daerah (perda) yang mengatur tentang kebudayaan.

Ia menegaskan, meski pertunjukan wayang mengalami penurunan penonton yang drastis, wayang Cirebon tetap memiliki konsistensi dalam setiap pertunjukannya. Yakni, falsafah hidup yang tetap ditonjolkan serta keterampilan yang unik ditampilkan oleh para dalang.

"Agar wayang tetap membudaya, seharusnya di lingkungan keluarga dan pendidikan diberikan pula ajaran muatan lokal tentang wayang atau sastra Cirebon," kata Raffan.

Sumber : http://regional.liputan6.com/read/2521134/ironi-wayang-cirebon-dikagumi-inggris-ditinggalkan-warga-lokal

Tuesday, January 17, 2017

Hebat, Siswa Jatim Terlibat Proyek Animasi Korea Rp 22 M

Sejumlah siswa dari Jawa Timur (Jatim) akan terlibat dalam serial animasi Korea berjudul "FrienZoo" garapan Rumah Produksi Animasi Indonesia-Korea yang terinspirasi dari seni wayang kulit.

"Bagian kedua dari film animasi FrienZoo akan melibatkan siswa asal Jatim antara lain Surabaya, Sidoarjo, dan Malang," kata Creative Director Castle Production, Jakarta, Ardian, dilansir Antara, Senin (11/7/2016).

Menurut Ardian, pihaknya telah menandatangani kerja sama dengan GFX Korea untuk memproduksi 50 episode serial animasi FrienZoo bagian kedua. Sementara, serial animasi FrienZoo bagian pertama sudah ditayangkan di EBS-TV Korea.

"MoU itu sendiri kami tanda tangani di Kuala Lumpur City Center pada April lalu yang dihadiri Pewakilan Korean Ministry of Science and Future Planning, NIPA, Korean Trade Agency (Kotra), serta berbagai lembaga Pemerintah Korea lainnya," kata Ardian.

Dengan keterlibatan sejumlah siswa asal Jatim, Ardian berharap masyarakat setempat akan makin memahami tentang produk animasi yang merupakan bagian dari industri kreatif. Dalam waktu dekat, pihaknya akan mengajak komunitas dan pencinta animasi di tiga kota itu untuk sama-sama bangkit dalam perkembangan animasi Indonesia.

"Jatim, terutama kota-kota besar seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang, memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup untuk menggerakan industri kreatif," kata Ketua Umum AINAKI (Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia) itu.

Animasi serial FrienZoo itu bercerita tentang hewan ternak tuna wisma yang menetap di kebun binatang dan menyesuaikan lingkungan baru serta bertemu dengan teman binatang lain yang baru.

"Gaya animasi FrienZoo adalah animasi siluet, yang menggabungkan karakter hitam putih dan latar belakang berwarna-warni. Animasi jenis ini akan memungkinkan untuk mengembangkan hubungan sosial dan imajinasi artistik untuk tontonan anak-anak," kata dia.

Ardian menjelaskan unsur wayang kulit dalam serial FrienZoo, sangat dominan. Itu pula yang menyebabkan pihak Korea mempercayakan pengerjaan penggarapan bagian kedua pada Castle Production, rumah produksi animasi asal Indonesia.

"Kami bersyukur bisa dipercaya untuk pengerjaan proyek ini. Dalam pengerjaannya ada sekitar 50 tenaga kerja kreatif muda yang akan terlibat. Mereka berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Rembang, Jepara, Wonosobo, Bali, Bekasi, Bandung, Banten, dan Padang," kata dia.

Untuk merealisasikan pekerjaan itu, pelatihan dalam rangka transfer teknologi oleh tim Korea dilaksanakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama di Bali, bertempat di Bali Creative Industry Center, milik Kementerian Perindustrian, sedangkan pelatihan kedua terkait dengan pelatihan compositing dilaksanakan di Cybermedia College Jakarta milik Castle Production.

Ardian yakin animasi bagian kedua yang juga akan diputar di beberapa negara di Asia dan Eropa, termasuk Indonesia, akan meledak karena tema dan tokoh yang ada dalam animasi itu sangat dekat dengan dunia anak-anak.

Proyek senilai 2 miliar won atau setara dengan Rp 22 miliar ini didanai bersama oleh GFX, Castle dan para sponsor yang berasal dari Korea. Selain dengan Castle, GFX juga berencana bekerja sama co-production partner di negara-negara lain seperti Vietnam, Malaysia dan Tiongkok.

Sumber : http://regional.liputan6.com/read/2550166/hebat-siswa-jatim-terlibat-proyek-animasi-korea-rp-22-m

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls